Kemampuan Masiswa Camper dalam Merekonstruksi Irisan Prisma

Authors

  • M Imamuddin IAIN Bukittinggi
  • Isnaniah Isnaniah IAIN Bukittinggi

DOI:

https://doi.org/10.30983/educative.v3i2.557

Keywords:

Camper student, prism slices, adversity quotient

Abstract

The each individual has different characteristics, which distinguish between individuals with one another. The each individual experiences a different process of self-development, even though at a glance or generally has certain similarities that are not small. Similarly, the development of intelligence overcomes problems or fighting forces (adversity quotient) in solving mathematical problems, especially geometry.  Adversity Quotient (AQ) is an intelligence of someone to cope with the problem.   It is the ability to face difficulties in life. This Adversity Quotient (AQ) is needed to acquire knowledge. This research aimed at exploring camper students in reconstructing prims slices. It belongs to a qualitative research. Subject of the research is a camper student chosen randomly. To collect the data, the researcher used students’ task sheet and interview. The results in this study indicate that the ability of the camper students in reconstructing prism slices is less accurate, especially in placing points P, Q and drawing not through point P and drawing    and    being made unbroken. In general or overall the ability of camper students in reconstructing prism slices is in accordance with the stages in drawing prism slices, even though there are certain parts that are not perfect. This can be overcome by increasing training in drawing and under the guidance of lecturers and friends who are more capable. The suggestion of researchers based on the results of this study is that this research can be used as a foothold when lecturers teach prism sliced material in class.

 

Setiap individu memiliki karakteristik yang berbeda, yang membedakan antara individu yang satu dengan yang lainnya. Masing-masing individu mengalami proses perkembangan diri yang berbeda, meskipun secara sepintas atau secara umum memiliki kesamaan-kesamaan tertentu yang tidak sedikit. Demikian pula, perkembangan kecerdasan mengatasi masalah atau daya juang (adversity quotient) dalam menyelesaikan masalah matematika khususnya geometri. Adversity Quotient (AQ) adalah kecerdasan mengatasi masalah (daya juang), yaitu kecerdasan seseorang dalam menghadapi kesulitan yang menghadangnya. Kecerdasan mengatasi masalah (daya juang) ini merupakan salah satu kemampuan yang dibutuhkan dalam pemerolehan pengetahuan. Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi kemampuan mahasiswa camper dalam merekonstruksi irisan prisma. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif. Subjek penelitian berjumlah satu orang mahasiswa camper yang diambil secara acak. Teknik pengumpulan data dengan menggunakan Lembar Tugas Mahasiswa (LTM) dan wawancara. Hasil dalam penelitian ini menunjukkan bahwa kemampuan mahasiswa camper dalam merekonstruksi irisan prisma kurang akurat khususnya dalam meletakkan titik P, Q dan menggambar  tidak melalui titik P serta menggambar  dan  dibuat tidak putus-putus. Secara umum atau secara keseluruhan kemampuan mahasiswa camper dalam merekonstruksi irisan prisma sudah sesuai dengan tahapan dalam mengambar irisan prisma, walaupun ada bagian-bagian tertentu yang belum sempurna. Hal ini bisa diatasi dengan memperbanyak latihan dalam menggambar dan dibawah bimbingan dari dosen dan teman-temannya yang lebih bisa. Saran peneliti berdasarkan hasil penelitian ini adalah penelitian ini dapat dijadikan pijakan ketika dosen mengajarkan materi irisan prisma di kelas

References

Evi Febriana, 2015. Profil Kemampuan Spasial Siswa Menengah Pertama (Smp) Dalam Menyelesaikan Masalah Geometri Dimensi Tiga Ditinjau Dari Kemampuan Matematika. Jurnal Elemen Vol. 1 No. 1, Januari 2015, hal. 13 – 23

Fauziyah, I. N. L., Usodo, B., dan Ekana, H. 2013. Proses Berpikir Kreatif Siswa Kelas X dalam Memecahkan Masalah Geometri Berdasarkan Tahapan Wallas Ditinjau dari Adversity Quotient (AQ) Siswa. Jurnal Pendidikan Matematika Solusi Vol.1 No.1.

Isnaniah, 2016. Analisis Spatial Abilities Mahasiswa Program Studi Pendidikan Matematika STAIN Bukittinggi. Jurnal Penelitian dan Kajian Ilmiah Universitas Muhammadiyyah Sumatra Barat, Vol. X Jilid 1 No. 64, ISSN 1693-2617. Hal.89

Lohman, D. F. (1993). Spatial ability and G. Paper presented at the first spearman seminar, University of Plymouth.

M. Imamuddin. 2017. Proses Berpikir Mahasiswa Quitter Dalam Menyelesaikan Masalah Geometri Dengan Pemberian Scaffolding Di Jurusan Pendidikan Matematika Iain Bukittinggi. Journal of Sainstek. 9(1).

M. Imamuddin Dan Isnaniah, 2018. Kemampuan Spasial Mahasiswa Calon Guru Matematika Berjenis Kelamin Perempuan dalam Mengkonstruksi Irisan Prisma. Math Educa: Jurnal Matematika dan Pendidikan Matematika 2 (1).

M. Imamuddin Dan Isnaniah, 2018. Profil Kemampuan Spasial Mahasiswa Camper Dalam Merekonstruksi Irisan Prisma Ditinjau Dari Perbedaan Gender. MaPan : Jurnal Matematika Dan Pembelajaran Volume 6, No 1.

Piaget, J. dan Inhelder, B. 1971. Mental Imagery in Child. New York: Basic Books.

Soemadi, 1994. Pengajaran Geometri Di Sekolah-Sekolah Indonesia (Satuan Pemikiran Alternatif). FMIPA: IKIP Surabaya

Stoltz, P. G., 2000. Adversity Quotient: Mengubah Hambatan Menjadi Peluang. Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia

Suparno, P. 2001. Teori Perkembangan Kognitif Jean Piaget. Yogyakarta: Kanisius.

Tall, D., Thomas, M., Davis, G., Gray, E., & Simpson, A. What Is the Object of the Encapsulation of a Process? Journal of Mathematical Behavior. Vol 18 (2)

Downloads

Submitted

2018-07-10

Published

2018-12-29