The Theological Meaning Of The Punggahan And Pintan Traditions In Welcoming Ramadhan In The Javanese Ethnic Group Of Dusun XI Paya Lombang Tebing Tinggi
Keywords:
Punggahan, Pintan, Tradition, Religion, Theology of cultureAbstract
-
Penelitian ini membahas makna teologis dari tradisi punggahan dan pintan dalam menyambut bulan Ramadan pada masyarakat Jawa di Dusun XI Paya Lombang, Tebing Tinggi. Tradisi ini tidak hanya merupakan warisan budaya, tetapi juga menjadi sarana komunikasi spiritual antara manusia dan Tuhan, serta memperkuat nilai-nilai sosial keagamaan. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode fenomenologi. Data dikumpulan melalui observasi, wawancara dan dokumentasi. Tradisi punggahan meliputi ziarah kubur, mandi bunga, doa bersama, dan makan keluarga, sementara pintan berfokus pada doa dan penghormatan anak kepada orang tua yang telah wafat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kedua tradisi tersebut memiliki makna teologis yang kuat, mencerminkan hubungan vertikal dengan Allah (hablumminallah) dan hubungan horizontal dengan sesama (hablumminannas). Nilai-nilai seperti rasa syukur, penyucian diri, ukhuwah Islamiyah, ketakwaan, dan pelestarian budaya Jawa yang Islami muncul dalam praktik ini. Tradisi ini tidak hanya memperkuat solidaritas sosial, tetapi juga menunjukkan relevansi budaya lokal dalam membentuk praktik keagamaan yang kontekstual dan bermakna dalam masyarakat modern
This study discusses the theological meaning of the punggahan and pintan traditions in welcoming the month of Ramadan in the Javanese community in Dusun XI Paya Lombang, Tebing Tinggi. This tradition is not only a cultural heritage, but also a means of spiritual communication between humans and God, as well as strengthening socio-religious values. This study uses a qualitative approach with a phenomenological method. Data were collected through observation, in-depth interviews, and documentation. The tradition of punggahan includes grave pilgrimage, flower bathing, joint prayer, and family meal, while pintan focuses on prayer and children's respect for their deceased parents. The results of the study show that both traditions have strong theological meanings, reflecting a vertical relationship with Allah (hablumminallah) and a horizontal relationship with others (hablumminannas). Values such as gratitude, self-purification, Islamic brotherhood, piety, and the preservation of Islamic Javanese culture emerge in these practices. This tradition not only strengthens social solidarity, but also demonstrates the relevance of local culture in shaping contextual and meaningful religious practices in modern society.

