The Existence of High Heirloom Assets in Nagari Muaro Paiti and Their Relevance to Contemporary Islamic In Heritance

Authors

  • Beni Rahmad Universitas Islam Negeri Sjech M. Djamil Djambek Bukittinggi, Indonesia
  • Endri Yenti Universitas Islam Negeri Sjech M. Djamil Djambek Bukittinggi
  • Hanif Aidhil Alwana Universitas Islam Negeri Sjech M. Djamil Djambek Bukittinggi

DOI:

https://doi.org/10.30983/alhurriyah.v7i2.5404

Keywords:

High inheritance, UUPA, Inheritance in Islam,

Abstract

High heirloom assets are assets that are jointly owned by a people who have blood ties and are inherited from generation to generation from previous ancestors, and these assets are under the management of the head of the inheritance (eldest male in the clan). High heirlooms do not belong to individuals, but belong to a group together. Inheritance from high inheritance applies a collective system, namely the property is not divided and delivered to the recipient group in the form of an undivided unit. To guarantee land ownership for its people, the government makes rules regarding land ownership, namely Law no. 5 of 1960. With this law, many people have certified their land, including high inheritance in the form of ulayat land in Muaro Paiti village, as private property rights recognized by law. As a result of the certificate of high inheritance into private property, of course, the system of inheritance of high inheritance has changed into inheritance according to the laws in force in Indonesia, namely Islamic inheritance.

References

Ajib, Muhammad. Fiqih Hibah dan Waris. Jakarta: Rumah Fiqih Publishing, 2019.

Al-Rasyid, Harun. SekilasTentangJualBeli Tanah (Berikut Peraturan-Peraturannya). Jakarta: Ghalia Indonesia, 1986.

Al-Sabuni, Muhammad Ali. Pembagian Waris Menurut Islam. Diterjemahkan oleh A.M Basamalah. Jakarta: Gema Insani Press, 1996.

Antari, Kadek Widya, Ratna Artha Windari, dan Dewa Gede Sudika Mangku. “Tinjauan Yuridis Mengenai Antynomy Normen (Konflik Norma) Antara Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 Tentang Peraturan Dasar-Dasar Pokok Agraria Dengan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal Terkait Jangka Waktu Perolehan Hak Atas Tanah.†e-Journal Komunitas Yustisia Universitas Pendidikan Ganesha 2, no. 2 (2019).

Aoslavia, Cindy. “Perbandingan Hukum Waris Adat Minangkabau Sumatera Barat Dan Hukum Perdata Barat.†Mizan: Jurnal Ilmu Hukum 10, no. 1 (2021).

Ash-Shan’ani, Imam. Subulus Salam Syarh Bulughul Maram. kampungsunnah.org, 2013.

Azhari, Ikhsan, Irma Suryani, dan Dodon Alfiander. “Settlement of Pusako-Tinggi Property Disputes in Nagari Sungai Tarab.†Al-Qisthu: Jurnal Kajian Ilmu-Ilmu Hukum 20, no. 1 (2022). http://dx.doi.org/ 10.32694/qst.v20i1.1140.

Faniyah, Iyah, dan Della Monita. “Pelaksanaan Dan Berakhirnya Gadai Tanah Harta Pusako Tinggi Masyarakat Adat Minangkabau.†Jurnal Sakato Ekasakti Law Review 1, no. 1 (2022). https://doi.org/10.31933/jselr.v1i1.542.

Haries, Akhmad. Hukum Kewarisan Islam. 1. Yogyakarta: Ar-Ruzzmedia, 2019.

Haron, Mohamad Sabri bin, dan Iza Hanifuddin. “Harta Dalam Konsepsi Adat Minangkabau.†JURIS (Jurnal Ilmiah Syariah) 11, no. 1 (2012): 1–13.

Harsono, Boedi. Beberapa Analisa Tentang Hukum Agraria. Jakarta: Esa Study Club, 2000.

———. Hukum Agraria Indonesia: Sejarah Pembentukan Undang-undang Pokok Agraria, Isi dan Pelaksanaanya. Jakarta: Djambatan, 2005.

Nawawi, Maimun. Pengantar Hukum Kewarisan Islam. Surabaya: Pustaka Radja, 2016.

Nugroho, Sigit Sapto. Hukum Agraria Indonesia. Solo: Kafilah Publishing, 2017.

Nuriz, Ulfa Chaerani. “Penerapan Hukum Adat Minangkabau Dalam Pembagian Warisan Atas Tanah.†Diponegoro Law Journal 6, no. 1 (2017).

Pandey, Eunike Syalom E. “Kajian Yuridis Hak-Hak Atas Tanah Menurut Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 Tentang Peraturan Dasar Pokok–Pokok Agraria.†Lex Et Societatis VII, no. 10 (2019).

Purwanto. “Hukum Agraria,†2013. http://politikagraria.blo gspot.com/2013/04/pengertian-hukumagraria. html 15.

Putra, Yosrizal, Yulia Nizwana, dan Adriyanti. “Pelaksanaan Akad Gadai Sawah Pusako Tinggi Di Jorong Tabek Pala Nagari Talang Ditinjau Dari Hukum Adat Minangkabau Dan Hukum Islam.†Jurnal Sarmada, t.t.

Putri, Eti Siska, Firman Firman, dan Rusdinal Rusdinal. “Pergeseran Hukum Waris Adat Di Minangkabau (Studi Kasus: Hukum Warisan Tanah Ulayat di Nagari Ladang Panjang Kecamatan Tigo Nagari, Kabupaten Pasaman, Sumatera Barat).†Culture & Society: Journal of Anthropological Research 1, no. 2 (2019). https://doi.org/10.24036/culture/vol1-iss2/26.

Rahmat, Indra. “Pengelolaan Harta Pusaka Tinggi Dalam Masyarakat Adat Minangkabau (Studi di Kecamatan Batipuh Kabupaten Tanah Datar).†Jurnal Bakaba 8, no. 1 (2019). http://ejournal.stkip-pgri-sumbar.ac.id/index.php/bakaba.

Saleh, K. Wantjik. Hak Anda AtasTanah. Jakarta: Ghalia Indonesia, 1997.

Shihab, M. Quraish. Tafsir Al-Misbah Pesan, Kesan, dan Keserasian Al-Qur‟an. Jakarta: LenteraHati, 2012.

Soerojo, Irawan. Kepastian Hukum Hak Atas Tanah di Indonesia. Surabaya: Arkola, 2003.

Sugiyono. Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D). Bandung: Alfabeta, 2010.

Supriadi. Hukum Agraria. Jakarta: Sinar Grafika, 2007.

Syarifuddin, Amir. Pelaksanaan Hukum Kewarisan Islam Dalam Lingkungan Adat Minangkabau. Jakarta: PT. Gunung Agung, 1984.

Thalib, Sajuti. Hukum Kewarisan Islam di Indonesia. Jakarta: Bima Aksara, 1987.

Wati Rahmiria, dan Muhammad Zulfikar. Hukum Waris Berdasarkan Hukum Perdata Barat dan Kompilasi Hukum Islam. Bandar Lampung: Rajawali Press, 2018.

Yuhelna, Sri Rahmadani, dan Waza Karia Akbar. “Penguatan Peran Perempuan Dalam Pengelolaan Harta Pusaka Tinggi Di Minangkabau.†Ekasakti Jurnal Penelitian & Pengabdian 1, no. 1 (2021): 292–97.

Yunus, Mahmud. Kamus Arab-Indonesia. 8. Jakarta: Hidakarya Agung, 1990.

Downloads

Published

2022-12-31

Citation Check