TEKNIKALISASI PEMETAAN WILAYAH ADAT: KETAHANAN SOSIAL BUDAYA KOMUNITAS ETNIS SUMURI DI KABUPATEN TELUK BINTUNI PROVINSI PAPUA BARAT

Technicalization Mapping Cultural Territories Conflicts Social and Cultural Resilience

Authors

May 4, 2017
December 20, 2016

Downloads

This article analyzes the impacts arising from the penetration of investment in Sumuri District teluk Bintuni Regency, West Papua Province. One thing that the company done is mapping the rights of indigenous clans to identify areas that became the company's location. At this moment the complexity of problems linking social and cultural resistance to the host community with this technicalization mapping problem appear. Territorialising indigenous territories just happen and local communities trapped in the processes of regulation prepared by the country and the company. The toughest challenge in participatory mapping is clearing the technicalization process and setting that become the perspective of countries and companies. This article tries to explore what happens in negotiations between technicalization process of mapping indigenous territories with expectations awakened in people Sumuri about socio-cultural changes. In this contestation imagination about involving customs and cultures in the current socio-cultural changes and the setting becomes very problematic and risky. Artikel ini menganalisis dampak-dampak yang ditimbulkan dari penetrasi investasi di Distrik Sumuri Kabupaten Teluk Bintuni Provinsi Papua Barat. Salah satu hal yang dilakukan perusahaan adalah pemetaan hak-hak ulayat marga untuk mengidentifikasi wilayah yang menjadi lokasi perusahaan. Pada momen inilah muncul kompleksitas persoalan yang menghubungkan ketahanan sosial budaya komunitas tempatan dengan teknikalisasi permasalahan pemetaan ini. Teritorialisasi wilayah-wilayah adat terjadi begitu saja dan komunitas tempatan terjebak dalam proses-proses pengaturan yang dipersiapkan oleh negara dan perusahaan. Tantangan terberat pemetaan partisipatif adalah menjernihkan proses teknikalisasi dan pengaturan yang menjadi perspektif dari negara dan perusahaan. Artikel ini mencoba mendalami apa yang terjadi dalam negosiasi antara proses teknikalisasi pemetaan wilayah adat tersebut dengan harapan-harapan yang terbangun dalam diri orang Sumuri tentang perubahan sosial budaya. Dalam kontestasi inilah imajinasi tentang melibatkan adat dan budaya dalam arus perubahan sosial budaya dan pengaturan menjadi sangat problematik dan riskan.