https://ejournal.uinbukittinggi.ac.id/index.php/lattice/issue/feedLattice Journal : Journal of Mathematics Education and Applied2024-10-24T13:21:59+00:00Risnawitarisnawita@uinbukittinggi.ac.idOpen Journal Systems<p><strong>Lattice Journal : Journal of Mathematics Education and Applied</strong> <strong>(e-ISSN : <a href="https://issn.brin.go.id/terbit/detail/20210707531513734">2798-4621</a> | p-ISSN : <a href="https://issn.brin.go.id/terbit/detail/20210715541431428">2798-6470</a>)</strong> is a journal which is published by <a href="https://uinbukittinggi.ac.id/">Universitas Islam Negeri Sjech M. Djamil Djambek Bukittinggi</a>, West Sumatra Indonesia. The journal is published twice a year in June and December.</p>https://ejournal.uinbukittinggi.ac.id/index.php/lattice/article/view/8376Pengaruh Kemampuan Berpikir Kritis Dan Kemampuan Komunikasi Matematis Terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Materi SPLDV2024-06-06T03:47:15+00:00Rachael KhoirunnisyaGabriella Inggrid YurikeElsa SusantiNovita SariRatu Ilma Indra Putri<p><em>This research aims to investigate the relationship between critical thinking skills and communication skills on junior high school students' mathematical problem solving abilities. A total of 31 class VIII students were selected through simple random sampling as research subjects. To measure each ability, a test was carried out using essay questions which were then analyzed quantitatively using correlation and multiple regression analysis. From this research, the results obtained show that both the correlation between critical thinking and problem solving abilities and communication and problem solving abilities are both in the high category. The coefficient of determination test results obtained were 0.540, which means that the contribution of critical thinking abilities and mathematical communication skills together to problem solving abilities was 54%.</em></p> <p><em> </em></p> <p>Penelitian ini ingin menyelidiki hubungan kemampuan berpikir kritis dan kemampuan komunikasi terhadap kemampuan pemecahan masalah matematis siswa SMP. Sebanyak 31 siswa kelas VIII dipilih melalui <em>simple random sampling</em> sebagai subjek penelitian. Untuk mengukur masing-masing kemampuan dilakukan tes menggunakan soal uraian yang selanjutnya dianalisis secara kuantitatif dengan analisis korelasi dan regresi berganda. Dari penelitian ini didapati hasil bahwa baik korelasi antara kemampuan berpikir kritis dan keterampilan menyelesaikan masalah maupun kemampuan komunikasi dan keterampilan menyelesaikan masalah sama-sama berada pada kategori tinggi. Hasil uji koefisien determinasi diperoleh sebesar 0,540 yang maksudnya besarnya kontribusi kemampuan berpikir kritis dan kemampuan komunikasi matematis secara bersama-sama terhadap kemampuan pemecahan masalah yaitu sebesar 54%.</p>2024-07-17T00:00:00+00:00Copyright (c) 2024 Rachael Khoirunnisya, Gabriella Inggrid Yurike, Elsa Susanti, Novita Sari, Ratu Ilma Indra Putrihttps://ejournal.uinbukittinggi.ac.id/index.php/lattice/article/view/8381Model Volatilitas Return Index Saham Syariah Indonesia Melalui Pendekatan Bayesian Markov Switching GARCH2024-06-06T14:53:34+00:00Afridho AfnandaMaiyastri MaiyastriDodi Devianto<p><em>Volatility is an important aspect of financial analysis that plays a crucial role in risk management and investment decision making. Modeling the volatility of financial asset prices is challenging due to its dynamic and complex nature. One approach used to address this problem is the GARCH model. In volatility problems, there is a tendency for structural changes in more complex data so that the GARCH model cannot be used, to overcome this, the Markov Switching GARCH (MS-GARCH) model is used to overcome the problem of changing the data structure. Furthermore, the Bayesian model is also used in combination with the MS-GARCH model to overcome the small sample size. This research uses Indonesia Sharia Stock Index (ISSI) return data from January 1, 2023 to December 31, 2023. From the comparison of the Akaike Information Criterion (AIC) and Bayesian Information Criterion (BIC) values to see the best model for forecasting ISSI data, the best model in forecasting ISSI data is the Bayesian MS-GARCH model with the smallest AIC value of -252.544 and BIC value of -237.0894, compared to the MS-GARCH model the AIC value is smaller than the Bayesian MS-GARCH model of -251.1048 and its BIC is -235.6502.</em></p> <p><em> </em></p> <p>Volatilitas merupakah salah satu aspek penting dalam analisis keuangan yang memainkan peran krusial dalam manajemen resiko dan pengambilan keputusan investasi. Pemodelan volatilitas harga aset keuangan menjadi suatu tantangan karena sifatnya yang dinamis dan kompleks. Salah satu pendekatan yang digunakan untuk mengatasi masalah ini adalah model GARCH. Pada masalah volatilitas kecenderungan terjadinya perubahan struktur pada data yang lebih kompleks sehingga tidak bisa digunakan model GARCH, untuk mengatasi hal ini digunakan model <em>Markov Switching</em> GARCH (MS-GARCH) untuk mengatasi masalah perubahan struktur data. Selanjutnya digunakan juga model <em>Bayesian</em> yang dikombinasikan dengan model MS-GARCH untuk mengatasi jumlah sampel yang kecil. Penelitian ini menggunakan data <em>return </em>Index Saham Syariah Indonesia (ISSI) dari tanggal 1 Januari 2023 hingga 31 Desember 2023. Dari hasil perbandingan nilai <em>Akaike Information Criterion</em> (AIC) dan <em>Bayesian Information Criterion</em> (BIC) melihat model terbaik untuk meramalkan data ISSI, diperoleh model terbaik dalam meramalkan data ISSI adalah model <em>Bayesian</em> MS-GARCH dengan nilai AIC yang terkecil yaitu sebesar -252,544 dan nilai BIC yaitu -237.0894, dibandingkan pada model MS-GARCH nilai AICnya lebih kecil dibandingkan model <em>Bayesian</em> MS-GARCH sebesar -251,1048 dan BIC nya sebesar -235.6502.</p>2024-06-30T00:00:00+00:00Copyright (c) 2024 Afridho Afnanda, Maiyastri Maiyastri, Devianto Dodihttps://ejournal.uinbukittinggi.ac.id/index.php/lattice/article/view/8362Tingkat Berpikir Geometri Berdasarkan Level Van Hiele Ditinjau dari Gaya Belajar Taruna D1 STPN2024-05-31T08:44:37+00:00Fauzi YubertaPipit Firmanti<p><em>Geometry skills are an important component not only for students majoring in mathematics, but also for non-mathematics students, including students at the National Land College. This is because the science of geometry plays an important role in everyday life, such as measurement. This research is quantitative descriptive. The instrument used in this research was the VHGT test with 25 questions. The subjects in this research were 53 first semester D1 students majoring in cadastral measurement and mapping. The research results show that the highest level of geometric thinking that can be achieved is level 3 at 7.5%. The dominant geometric thinking level of students is at level 1 at 34%, followed by level 2 at 22.6%. The percentage of students who are at level 0 and not fit is 35.9%. Apart from that, the distribution of learning styles possessed by students is kinesthetic at 45% and is able to reach the highest level of geometric thinking, informal deduction level. Furthermore, visual was 37.7% and was able to reach the highest level of informal deduction and auditory was 5.6% which reached the highest level of thinking at the analytical level. In other words, the existence of students who are still at level 0 and not fit shows that their geometry skills still need to be improved.</em></p> <p>Kemampuan geometri menjadi komponen penting tidak hanya bagi taruna yang mengambil jurusan matematika, namun juga bagi taruna non matematika termasuk taruna di Sekolah Tinggi Pertanahan Nasional. Hal ini dikarenakan ilmu geometri yang berperan penting dalam kehidupan sehari-hari seperti pengukuran. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes VHGT sebanyak 25 soal. Subjek dalam penelitian ini adalah 53 taruna D1 semester satu jurusan pengukuran dan pemetaan kadastral. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat berpikir geometri tertinggi yang mampu dicapai adalah level 3 sebanyak 7,5 %. Tingkat berpikir dominan taruna berada pada level 1 sebanyak 34 %, disusul level 2 sebanyak 22,6 %. Persentase taruna yang berada pada level 0 dan not fit sebanyak 35,9%. Selain itu, distribusi gaya belajar yang dimiliki oleh taruna adalah kinestetik sebesar 45 % dan mampu mencapai tingkat berpikir geometri tertinggi level deduksi informal. Selanjutnya, visual sebesar 37,7 % dan mampu mencapai level tertinggi pada deduksi informal serta auditori sebesar 5,6 % yang mencapai tingkat berpikir tertinggi pada level analisis. Dengan kata lain, adanya taruna yang masih berada pada level 0 dan not fit menunjukkan bahwa kemampuan geometri masih perlu ditingkatkan<em>.</em></p>2024-06-30T00:00:00+00:00Copyright (c) 2024 Fauzi Yuberta, Pipit Firmantihttps://ejournal.uinbukittinggi.ac.id/index.php/lattice/article/view/8420 Analisis Jalur Pada Impor, Ekspor, dan Kurs Terhadap Inflasi dengan Cadangan Devisa sebagai Intervening Variable2024-06-21T00:40:37+00:00Uqwatul Alma WizsaWikasanti Dwi RahayuDeby Handayani<p><em>This study explores the relationship between imports, exports, and exchange rates on inflation, with foreign exchange reserves acting as an intervening variable, using path analysis methods. This research arises from the need to understand how foreign exchange reserves can mitigate the impact of external instability on inflation, a topic often overlooked in previous studies. Secondary data were collected from various official sources, including Bank Indonesia and Badan Pusat Statistik (BPS), to analyze the variabels of import value (X<sub>1</sub>), export value (X<sub>2</sub>), exchange rate (X<sub>3</sub>), foreign exchange reserves (Y<sub>1</sub>), and inflation (Y<sub>2</sub>). Path analysis results show that import, export, and exchange rates have a significant impact on foreign exchange reserves, with a coefficient of determination (R²) 56.2%. Additionally, foreign exchange reserves play a crucial role in mediating this relationship, with a total determination coefficient (M) of 91.5% for the effect on inflation. This means that 91.5% of the variation in inflation can be explained by the combination of these variables. The study concludes that foreign exchange reserves are a one of key instrument in stabilizing inflation amid fluctuations in imports, exports, and exchange rates, and provides policy recommendations to strengthen foreign exchange reserves as a more effective economic stabilization strategy.</em></p> <p> </p> <p>Penelitian ini mengeksplorasi keterkaitan antara impor, ekspor, dan kurs terhadap inflasi dengan cadangan devisa sebagai <em>intervening variable,</em> menggunakan metode analisis jalur. Penelitian ini berangkat dari kebutuhan untuk memahami bagaimana cadangan devisa dapat memitigasi dampak ketidakstabilan eksternal terhadap inflasi, yang sering kali kurang diperhatikan dalam studi sebelumnya. Data sekunder diperoleh dari berbagai sumber resmi, termasuk Bank Indonesia dan Badan Pusat Statistik, untuk menganalisis variabel nilai impor (X<sub>1</sub>), ekspor (X<sub>2</sub>), kurs (X<sub>3</sub>), cadangan devisa (Y<sub>1</sub>), dan inflasi (Y<sub>2</sub>). Hasil analisis jalur menunjukkan bahwa nilai impor, ekspor, dan kurs memiliki pengaruh signifikan terhadap cadangan devisa, dengan koefisien determinasi (R²) sebesar 56,2%. Selain itu, cadangan devisa terbukti memainkan peran penting dalam memediasi hubungan ini, dengan koefisien determinasi total (M) sebesar 91,5% untuk pengaruh terhadap inflasi. Artinya, 91,5% variasi inflasi dapat dijelaskan oleh kombinasi variabel-variabel ini. Penelitian ini menyimpulkan bahwa cadangan devisa merupakan salah satu instrumen kunci dalam menstabilkan inflasi di tengah fluktuasi impor, ekspor, dan kurs, serta memberikan rekomendasi kebijakan untuk memperkuat cadangan devisa sebagai strategi stabilisasi ekonomi yang lebih efektif</p>2024-06-30T00:00:00+00:00Copyright (c) 2024 Uqwatul Alma Wizsa, Wikasanti Dwi Rahayu, Deby Handayanihttps://ejournal.uinbukittinggi.ac.id/index.php/lattice/article/view/8491 Pengembangan Lembar Kerja Peserta Didik Berbasis Multiple Intelligences pada Materi Bangun Ruang Kelas VIII2024-07-29T03:19:36+00:00Nurmeli WahyuniKurnia Rahmi YubertaUmmul Huda<p><em>Students at UPTD SMPN 3 Payakumbuh have a variety of dominant intelligences, but the implementation of learning and available learning resources have not been able to accommodate the multiple intelligences possessed by students. So additional learning resources are needed that are student-centred and can optimize the multiple intelligences of students. This research aims to produce valid and practical Multiple Intelligences-based LKPD on flat-sided geometric material. This development research uses a 3D model, namely the definition stage (observation and interviews with teachers and students, syllabus and lesson plans, analysis of learning analysis sources, student characteristics, as well as LKPD literature based on Multiple Intelligences), design stage, and development analysis stage (validity and practicality). The instruments used were validation sheets and student response questionnaires. Data were analyzed using validity analysis and practicality analysis. The research results show that the Multiple Intelligences-based LKPD is very valid with a percentage of 88.69% and very practical with a percentage of 84.94%.</em></p> <p><em> </em></p> <p>Peserta didik UPTD SMPN 3 Kecamatan Payakumbuh memiliki perbedaan kecerdasan majemuk yang dominan, namun pelaksanaan pembelajaran dan sumber belajar yang tersedia belum mampu mengakomodir berbagai kecerdasan tersebut dalam mencapai tujuan pembelajaran matematika. Sehingga diperlukan sumber belajar tambahan yang berpusat kepada peserta didik dan dapat mengoptimalkan kecerdasan majemuk yang dimiliki peserta didik. Penelitian ini bertujuan menghasilkan LKPD berbasis <em>multiple intelligences</em> pada materi bangun ruang yang valid dan praktis. Penelitian pengembangan ini menggunakan model 4D, yaitu <em>define</em>/pendefinisian (observasi dan wawancara dengan guru dan peserta didik, analisis silabus dan RPP, analisis sumber belajar, analisis karakteristik peserta didik, serta analisis literatur LKPD berbasis <em>multiple intelligences), </em>tahap <em>design</em>/perancangan dan tahap <em>development</em>/pengembangan (uji validitas dan uji praktikalitas), namun tidak melakukan tahap <em>dissemination</em>/penyebaran. Data lembar validasi dan angket respon peserta didik dianalisis menggunakan uji validitas dan uji praktikalitas. Hasil penelitian menunjukkan bahwa LKPD berbasis <em>multiple intelligences </em>pada materi bangun ruang sangat valid dengan persentase 88,69%, dan sangat praktis dengan persentase 84,94%.</p>2024-06-30T00:00:00+00:00Copyright (c) 2024 Nurmeli Wahyuni, Kurnia Rahmi Yuberta, Ummul Hudahttps://ejournal.uinbukittinggi.ac.id/index.php/lattice/article/view/8634Model Pembelajaran Creative Problem Solving (CPS) Untuk Mengembangkan Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Siswa 2024-10-02T09:32:43+00:00Muhammad Ridho SaputraYuliaWina Fajriah<p><em>The creative mathematical thinking abilities of 9th-grade students at SMP N 1 2x11 Enam Lingkung are lacking. This is evident in their difficulty generating multiple ideas and struggling to find solutions when tackling exercise questions. Introducing the Creative Problem Solving (CPS) learning model is proposed as a potential solution to this issue. This study aims to compare the mathematical creative thinking skills of 9th-grade students at SMP N 1 2x11 Enam Lingkung who are exposed to the CPS learning model. Using a Quasi-Experimental design, specifically a Randomized Control Group Only Design, the study selects class IX.A as the experimental group and class IX.E as the control group. The results of this study obtained the average score of mathematical creative thinking ability in the experimental class (CPS) which was 78.125, while in the control class with scientific learning, it was 68.125. From the data processing of students' mathematical creative thinking skills, it was carried out through a t-test, so that, </em><em>.= 6.3192 while in df = 62 with a confidence level of 95% </em><em> was obtained. 1.99. Because of,</em> <em>. 6.3192 </em>> <em> </em><em>. 1.99. Therefore, it is concluded that the mathematical creative thinking ability of students by applying the CPS type cooperative learning model is higher than the mathematical creative thinking ability of students with scientific learning</em></p> <p> </p> <p>Kemampuan berpikir kreatif matematis siswa kelas IX SMP N 1 2x11 Enam Lingkung belum berkembang dengan baik. Hal ini ditunjukkan saat siswa menjawab soal latihan yang diberikan siswa belum mampu menghasilkan banyak ide dan tidak lancar dalam menemukan solusi. Menerapkan model pembelajaran Creative Problem Solving (CPS) menjadi salah satu cara untuk mengatasi permasalahan tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa kelas IX di SMP N 1 2x11 Enam Lingkung yang belajar menggunakan model pembelajaran CPS. Jenis penelitian ini adalah <em>True Experiment</em>, dan desain <em>Randomized Control Grup Only Design.</em> Populasi penelitian ini adalah siswa kelas IX dan sampel terpilih kelas IX.A untuk eksperimen dan kelas IX.E untuk kontrol. Hasil penelitian ini mendapatkan nilai rata-rata kemampuan berpikir kreatif matematis kelas eksperimen (CPS) yaitu 78,125, sedangkan pada kelas kontrol dengan pembelajaran saintifik yaitu 68,125. Dari pengolahan data kemampuan berpikir kreatif matematis siswa dilakukan melalui uji-t, sehingga diperoleh = 6,3192 sedangkan pada df = 62 dengan taraf kepercayaan 95% diperoleh 1,99. Karena 6,3192 > 1,99. sehingga disimpulkan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe CPS lebih tinggi daripada kemampuan berpikir kreatif matematis siswa dengan pembelajaran saintifik</p>2024-06-30T00:00:00+00:00Copyright (c) 2024 Muhammad Ridho Saputra, Yulia, Wina Fajriahhttps://ejournal.uinbukittinggi.ac.id/index.php/lattice/article/view/8679Modul Herediter Noether dan Prima (HNP) Dari Modul Sederhana Chen A_`2024-10-24T13:21:59+00:00RisnawitaFatemeh SavojiDwi Devi Wulandari<p><em>Let K be a field and </em><em> </em><em>i</em><em>s line graph with infinite path. Let L is a Leavitt path </em><em>al</em><em>gebra with correspondence with graph E. </em><em>Suppose </em><em> is a module over </em><em>ring</em> <em> (written</em><em>- module </em><em>, a module </em><em> is </em><em>considered</em><em> to be hereditary if all its submodules are projective. A module </em><em> is called a Noetherian module if </em><em> is a finitely generated module. </em><em>Suppose M is a left module over the gelanggang </em><em> </em><em>(written </em><em>- module </em><em>). A proper submodule </em><em>of </em><em> </em><em>is said to be prime if </em><em> with </em><em> and </em><em> </em><em>implies </em><em> </em><em>or </em><em>. I</em><em>n this paper we will look at the characteristics of the hereditary nooetherian and prime modules in the context of Leavitt path algebra. </em><em>Let L</em> <em>is a </em><em>Leavitt </em><em>path algebra, where E is </em><em>a line graphs with infinite path and M is a module over </em><em>Leavitt</em><em> path algebra </em><em>L</em><em>,</em><em> we find that</em> <em>then M is simple </em><em>modules which is hereditary noetherian and not </em><em>prime modules.</em></p> <p><em> </em></p> <p> </p> <p class="16" align="justify">Misalkan adalah suatu lapangan dan merupakan graf garis yang lintasannya tak terhingga. Misalkan adalah aljabar lintasan Leavitt yang berkorespondensi dengan graf Misalkan adalah modul di atas gelanggang (ditulis -modul ), modul dikatakan herediter jika semua submodulnya bersifat proyektif. Modul M disebut modul Noetherian jika adalah modul yang dibangun secara hingga. Misalkan adalah modul kiri atas gelanggang (ditulis -modul ). Suatu submodul sejati dari dikatakan prima jika dengan dan mengakibatkan atau . Dalam tulisan ini kita akan melihat karakteristik modul herediter noether dan prima dalam konteks aljabar lintasan Leavitt. Misalkan adalah aljabar lintasan Leavitt, dengan adalah graf garis yang memuat lintasan tak berhingga. Dan adalah modul atas aljabar lintasan Leavitt kita temukan bahwa M adalah modul sederhana yang merupakan modul herediter Noether dan bukan modul prima.</p>2024-06-30T00:00:00+00:00Copyright (c) 2024 Risnawita, Fatemeh Savoji, Dwi Devi Wulandarihttps://ejournal.uinbukittinggi.ac.id/index.php/lattice/article/view/8670Pelabelan Vertex-Graceful pada Graf-(5,7)2024-10-20T03:44:15+00:00Gema Hista MedikaZebbil Billian TomiMhd Furqan AkbarFifian Fitra JanevaNuryanuwar<p><em>Several previous studies on graceful vertex labeling have been conducted. This study aims to identify graceful vertex labeling on a (5,7)-graph, which consists of 5 vertices and 7 edges. The focus of this study is on a simple and finitely connected (5,7)-graph. This type of research is descriptive qualitative, using literature study techniques and non-statistical data analysis. The results show that of the 4 non-isomorphic (5,7)-graphs, all of the graphs meet the criteria for graceful vertex labeling, namely R1, R2, R3, and R4.</em></p> <p> </p> <p>Beberapa studi sebelumnya mengenai pelabelan <em>vertex-graceful</em> telah dilakukan. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi pelabelan <em>vertex-graceful</em> pada graf-(5,7), yang terdiri dari 5 titik dan 7 sisi. Fokus penelitian ini adalah pada graf-(5,7) yang sederhana dan terhubung berhingga. Tipe penelitian ini adalah deskriptif kualitatif, menggunakan teknik studi pustaka dan analisis data non statistik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 4 graf-(5,7) yang tidak isomorfik, semua grafnya memenuhi kriteria pelabelan <em>vertex-graceful</em>, yaitu R1, R2, R3, dan R4.</p>2024-06-30T00:00:00+00:00Copyright (c) 2024 Gema Hista Medika, Zebbil Billian Tomi, Mhd Furqan Akbar,Fifian Fitra Janeva, Nuryanuwar