Political Distrust and Islamic Populism: Study on Tarbiyah Community in Pemilu 2019

Islamic populism Political distrust Tarbiyah community Pemilu 2019

Authors

November 18, 2021
July 30, 2021

Downloads

This article aims to describe the extent to which Tarbiyah community distrust to the General Elections Committee (KPU) and the Indonesian government as well as factors causing this political distrust. Massive movements protesting and rejecting the result of the Pemilu (General Election) 2019 by supporters of one of the presidential candidates, Prabowo Subianto, were launch when the General Elections Committee (KPU) announced the victory of the incumbent, Joko Widodo. One of the most dominant groups involved in these protests was Tarbiyah community. The method used in this study is qualitative research method by conducting in-depth interviews of Tarbiyah members. The study found that political distrust among them is a symptom of Islamic populism. The Islamic populism imagines itself as the movement that can save Indonesian Muslims from corrupt elites.

Artikel ini berupaya menjelaskan sejauh mana ketidakpercayaan politik di kalangan komunitas Tarbiyah terhadap Komisi Pemilihan Umum (KPU) dan pemerintah serta faktor-faktor yang menyebabkannya. Gerakan masif yang memprotes dan menolak hasil Pemilu 2019 muncul di kalangan pendukung Prabowo Subianto (salah satu calon Presiden) ketika Komisi Pemilihan Umum (KPU) mengumumkan hasil Pemilu yang menegaskan kemenangan petahana, Joko Widodo (Presiden Indonesia pada periode 2014-2019). Salah satu kelompok yang paling dominan terlibat dalam protes ini adalah komunitas Tarbiyah. Studi yang menggunakan metode kualitatif ini mewawancarai secara mendalam anggota Tarbiyah. Studi ini menjelaskan bahwa ketidakpercayaan politik di kalangan komunitas Tarbiyah merupakan gejala populisme Islam. Populisme Islam mengimajinasikan dirinya sebagai gerakan yang berusaha menyelamatkan Muslim Indonesia dari para elit yang korup.Â